Nama : Gunawan
Nim :
F1C111035
Prodi : Kimia
Sains Dan Teknologi
RADIKAL BEBAS
1.
Pengertian
Radikal Bebas
Radikal
bebas adalah Molekul oksigen yang dalam interaksinya dengan molekul lain
kehilangan sebuah elektron di lingkaran terluar orbitnya sehingga jumlah
eletronnya ganjil.
Gambar 1. Struktur kimia radikal bebas
2.
Struktur kimia radikal bebas
Radikal
bebas dapat terbentuk in-vivo dan in-vitro secara :
1.
Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini jarang
terjadi
pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar
ultraviolet,
panas, dan radiasi ion.
2.
Kehilangan satu elektron dari molekul normal
3.
Penambahan elektron pada molekul normal
Pada
radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan
elektrik
dari
molekulnya,
dapat bermuatan positif, negatif, atau netral.
3.
Tipe radikal bebas dalam tubuh
Radikal bebas
terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen
reaktif (reactive oxygen species/ROS).
Termasuk
didalamnya adalah
triplet (3O2),
tunggal (singlet/1O2), anion superoksida (O2.-), radikal hidroksil (-OH),
nitrit
oksida (NO-),
peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida
(H2O2), radikal
alkoxyl (LO-), dan radikal peroksil (LO-2).
Radikal bebas
yang mengandung karbon (CCL3-) yang berasal dari oksidasi radikal
molekul organik.
Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan atom H (H-). Bentuk
lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation
menghasilkan radikal thiyl (R-S-). Radikal yang mengandung nitrogen juga ditemukan,
misalnya radikal fenyldiazine.2,3
4.
Radikal bebas biologis
Kelompok
oksigen reaktif
|
|
O2
·OH
ROO·
H2O2
1O2
NO·
ONOO
HOCl
|
Radikal
Superoksida (Superoxide radical)
Radikal
hidroksil (Hydroxyl radical)
Radikal
peroksil (Peroxyl radical)
Hydrogen
peroksida (Hydrogen peroxide)
Oksigen
tunggal (Singlet oxygen)
Nitrit
oksida (Nitric oxide)
Nitrit
peroksida (Peroxynitrite)
Asam
hipoklor (Hypochlorous acid)
|
5.
10
jenis radikal bebas
A. Asap
rokok : Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan
yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Diperkirakan bahwa setiap
hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi
aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur
panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli paru.
Bahan lain seperti nitrit oksida,
radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga
mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar.
B. Polusi
udara : Polusi dari kendaraan bermotor, industri, asap rokok, mesin foto copy,
pendingin ruangan, dan makanan yang tidak sehat, merupakan sumber radikal bebas
yang berbahaya bagi tubuh manusia. Selain itu, proses alami respirasi dan
fungsi metabolisme yang buruk di dalam tubuh, juga menjadi penyebab internal
meningkatkan radikal bebas dalam tubuh.
C. Radiasi
UV : Matahari memancarkan sinar dengan
radiasi panjang gelombang dengan rentang yang sangat lebar, tetapi yang masuk
ke bumi dan mendapat perhatian khusus adalah sinar ultra violet yang memiliki
energi cukup besar yang dapat memicu bahkan menimbulkan radikal bebas dalam
tubuh terutama kulit.
D. Pestisida
: Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan
dan lingkungan. Hal ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen
dan gangguan syaraf pusat. Disamping itu residu kimia yang beracun tertinggal
pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya
penyakit degeneratif.
E. Obat-obatan
: Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk
peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia
dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok
quinoid atau berikatan logam untuk aktivitasnya (nitrofurantoin), obat kanker
seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki
aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason,
beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat
menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak
mempercepat peroksidasi lemak.
F. Olahraga
berlebihan : Olahraga berlebihan akan membuat tubuh membutuhkan suplai oksigen
yang sangat banyak, sehingga peningkatan ini akan memicu timbulnya radikal
bebas dalam tubuh. Jika gaya olahraga semacam ini dilakukan dengan frekuensi
yang sering, maka akan terjadi penumpukan radikal bebas dalam tubuh. Radiasi :
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi
partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan
radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti
air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen
yang terurai atau bersama cairan seluler.
G. Autoksidasi
: Autoksidasi merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang
mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom
C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan
reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen.
Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat
kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III
melalui proses autoksidasi.
H. Oksidasi
enzimatik : Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam
jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in
ischemia-reperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase,
dan amino acid oxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktivasi netrofil,
memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu
oksidan yang kuat asam hipoklor.
I. Respiratory
burst : Sel fagositik menggunakan
oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih kurang 70-90 persen
penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida.
Fagositik sel tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein
cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar
dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin,
kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim
NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel
untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan
cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri.
6.
Pembentukan
radikal bebas dalam sel
Radikal
bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron,
menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam
sel dapat terjadi secara rutinmaupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara
rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi
katalisa seperti ribonukleotida reduktase.
Sedang
pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran
superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit
teraktifasi. Pada keadaan normal sumber tama
radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport
elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan
molekul oksigen yang menghasilkan superoksida.
Dalam
kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan
energi
tinggi
lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan.
Gambar 2. Sistem oksigen aktif
7.
Pertahanan
sel terhadap radikal bebas
Sifat
reaktif yang tersebar dari sistem pembentukan radikal dalam sel menyebabkan
evolusi
mekanisme pertahanan terhadap efek perusakan suatu bahan teroksidasi kuat.
Gambar
dibawah ini menunjukkan aktifitas enzim intraseluler tersebut.
SOD
(superoksida dismutase dan katalase) mengkatalisasi dismutasi dari superoksida
dan
hidrogen
peroksida. GSH (glutation) peroksidase mereduksi peroksida hidrogen dan
organik
menjadi air dan alkohol.
GSH
S-transferase melakukan pemindahan residu glutation menjadi metabolit
elektrofilik
reaktif dari xenobiotic. Produksi glutation teroksidasi (GSSG) direduksi secara
cepat oleh reaksi yang menggunakan NADPH yang dihasilkan dari berbagai sistem
intraseluler, diantaranya hexose-monophosphate shunt. Berbagai isoenzim organel
spesifik dari dismutase superoksida juga ditemukan. SOD Zn, Cu merupakan
sitoplasmik, sedangkan enzim Zn, Mn mitokondrial. Isoenzim ini tidak ditemukan
dalam cairan ekstraseluler.
Gambar 3.
Enzim-enzim pertahanan antioksidan
Beberapa
bahan tereduksi (tabel 2) juga bekerja sebagai antioksidan, reduksi kelompok radikal aktif seperti radikal peroksi dan
hidroksi menjadi bentuk yang kurang reaktif misalnya air. Seperti halnya pembangkitan
kembali oksigen singlet. Penggabungan
tersebut
juga mengakhiri reaksi radikal berantai.
Pertahanan
antioksidan kimiawi bagai pedang bermata dua. Pertama, saat bahan tereduksi menjadi radikal maka derivat radikalnya juga
terbentuk.
Sehingga, jika suatu radikal sangat tidak
stabil, reaksi radikal berantai mungkin akan berlanjut. Kedua, bahan tereduksi
dapat mereduksi oksigen menjadi superoksida atau peroksida merupakan radikal
hidroksil dalam reaksi auto-oksidasi. Ascorbat dan asam urat dapat berfungsi sebagai
anti oksidan, ikut serta secara langsung dalam auto-oksidasi, baik melalui
reduksi aktifator oksigen lain seperti rangkaian logam transisi atau quinone,
atau bertindak sebagai kofaktor enzim.
Proses
tersebut dapat melibatkan kemampuan askorbat untuk depolimerisasi DNA,
hambatan
Na+/K+ ATPase otak, potensiasi toksisitas paraquat, dan sebagai mediator
peroksidasi
lemak. Juga mempunyai kontribusi kelainan patofisiologi dari metabolisme purin.
Sifat yang sesungguhnya campuran pro atau antioksidan untuk bahan pereduksi khusus
adalah integrasi kompleks dari beberapa faktor.
Pada
kasus zat pembersih radikal hidroksil, produk dari interaksi radikal dengan
antioksidan umumnya kurang reaktif dibanding radikal hidroksil. Radikal yang
terbentuk tersebut cukup stabil dan dalam konsentrasi cukup tinggi namun dapat
terjadi mekanisme seperti pada glutation dan superoksida. pH sangat
mempengaruhi reduksi langsung oksigen menjadi superoksida oleh senyawa
sulfidril, sedangkan faktor lokal lainnya seperti konsentrasi molar dari molekul
oksigen juga punya peranan penting.
Oksigen
singlet dan bagian triplet molekul yang tereksitasi mungkin disempurnakan
melalui
interaksi bersama sistem konjugasi sistem diene seperti yang ditemukan pada karoten, tokoferol, atau melanin. Seperti
antioksidan pereduksi, senyawa tersebut dapat juga menghasilkan jenis elektron
aktif dan mungkin juga penyakit
8.
Pencegahan
- Pola hidup sehat dan
cerdas. Pola hidup sehat dan cerdas dapat menghindari
ancaman bahaya radikal bebas dalam tubuh seperti hindari polusi dan berhenti
merokok. Tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas ini, hanya saja bila
jumlahnya berlebihan, maka kemampuan untuk menetralisirnya akan semakin
berkurang. Merokok adalah kegiatan yang secara sengaja memasukkan berbagai
jenis zat berbahaya yang dapat meningkatkan jumlah radikal bebas ke dalam
tubuh. Tubuh manusia didesain untuk menerima asupan yang bersifat alamiah,
sehingga bila menerima masukan seperi asap rokok, akan berusaha untuk
mengeluarkan berbagai racun kimiawi ini dari tubuh melalui proses metabolisme,
tetapi proses metabolisme ini pun sebenarnya menghasilkan radikal bebas.
- Berolah raga dengan intensitas rendah dan
hindari olahraga berlebihan. Olahraga teratur dan tidak berlebihan
dapat membantu mengatasi radikal bebas dalam tubuh. Tetapi sebaliknya olahraga
berlebihan akan membuat tubuh membutuhkan suplai oksigen yang sangat banyak,
sehingga peningkatan ini akan memicu timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Jika
sudah merasa lelah, sebaiknya beristirahatlah sebentar dan atur pernafasan agar
normal kembali. Meningkatkan ketahanan tubuh kita secara bertahap melalui
program latihan olah raga dengan intensitas rendah yang disarankan seperti
jalan cepat, jogging, berenang, dan bersepeda statis dapat meningkatkan enzim
antioksidan endogen seperti enzim superoksid dismutase, glutation peroksidase
dan katalase untuk mencegah kerja setiap radikal bebas yang merusak.
Ada beberapa pedoman dasar yang dapat
kita pergunakan untuk merencanakan program latihan olahraga dengan intensitas
rendah ini yaitu berolah raga dengan frekwensi 3 - 5 kali dalam satu minggu dan
lama berolah raga 45 - 60 menit
- Konsumsi sayur dan buah. Buah dan sayur
adalah sumber antioksidan terbaik. Antioksidan merupakan zat yang mampu
memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu
memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam
konsentrasi rendah. Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang melindungi sel dari
efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit,
radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal
lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa
golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak
terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk
menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan,
antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid. Pengunaan vitamin dan
suplemen makan tergantung dari pada usia, jenis kelamin, tingkat kegiatan,
bobot badan serta kondisi tubuh dan penyakit yang sedang diderita.
Inilah pertanyaan yang dapat timbul
mengenai radikal bebas:
Bagaimana hubungan antara teori radikal bebas dan pemikiran afinitas kimia terhadap valensi atom?
Bagaimana hubungan antara teori radikal bebas dan pemikiran afinitas kimia terhadap valensi atom?
Jawaban :
radilak bebas adalah atom atau molekul yang
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat tidak stabil,agar
menjadi stabil radikal bebaas akan berikan dengan atom atau molekul lain
membentuk senyawa, dan
pada afinitas kimia adalah
kecenderungan/kemampuansuatu atom atau molekul untuk membentuk senyawa atau
mengikat elekron. sehingga keduanya mempunya hubungan dengan valensi atom
karena suatu atom dapat berikata dengan atom lain karena adanya afinitas kimia
dan karena bersifat radikal bebas
SEMOGA BERMANFAAT
radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron yang tak berpasangan (unpaired electron). sedangkan afinitas kimia terhdap valensi atom ialah sebuah sifat kimia yang menjelaskan kemampuan sebuah atom untuk menarik elektron (atau rapatan elektron) menuju dirinya sendiri pada ikatan kovalen. sehingga hubungan antara keduanya ialah kemampuan elektron yang tidak berpasangan yang menarik elektron lain untuk mencapai kestabilan.
BalasHapusradilak bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat tidak stabil,agar menjadi stabil radikal bebaas akan berikan dengan atom atau molekul lain membentuk senyawa,dan pada afinitas kimia adalah kecenderungan/kemampuansuatu atom atau molekul untuk membentuk senyawa atau mengikat elekron. sehingga keduanya mempunya hubungan dengan valensi atom karena suatu atom dapat berikata dengan atom lain karena adanya afinitas kimia dan karena bersifat radikal bebas
BalasHapusRadikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas.
BalasHapusAtom terdiri dari nukleus, proton, dan elektron. Jumlah proton (bermuatan positif) dalam nukleus menentukan jumlah dari elektron (bermuatan negatif) yang mengelilingi atom tersebut.Pada radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan elektrik dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral sehingga sering kali mencapai titik kestabilan
Dalam hal terjadi homolysis ikatan kovalen, ikatan elektron rata-rata dua atom (kelompok), diproduksi dengan satu atom terbelah elektron (kelompok) yang disebut radikal bebas, dengan "R ·" kata radikal reaktif aktivitas, dapat berpartisipasi dalam reaksi kimia, cahaya atau reaksi radikal umumnya dilakukan di bawah pengaruh panas.
BalasHapusAfinitas Elektron adalah jumlah energi yang dilepaskan saat suatu unsur dalam wujud (fasa) gas menangkap elektron membentuk anion. Unsur yang mudah menangkap elektron akan melepaskan energi dalam jumlah besar. Semakin mudah unsur menangkap elektron, semakin besar pula energi yang dilepaskan.
cara kerjanya gmn ya?
BalasHapusLalu bagaimana peran enzim dalam menanggulangi radikal bebas? apakah enzim akan menambahkan elektron sehingga radikal bebas menjadi stabil?
BalasHapus